TEMPO.CO, Jakarta - Hari mengancik sore ketika Ahmad, 24 tahun, semakin sibuk memindai kode batang paket retail yang akan diangkut dari Jakarta ke luar kota. Pegawai PT Lion Express, anak perusahaan maskapai Lion Air di sektor jasa pengiriman logistik dengan nama beken Lion Parcel, ini mesti menuntaskan pendataan barang sebelum setumpuk paket diberangkatkan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. “Kami kejar cepat supaya tiba di tujuan besok pagi,” ujar Ahmad di kantor Lion Parcel, Kedoya, Jakarta Barat, Senin lalu.
Baca juga: 11.626 Kursi Tiket Pesawat Dijual Murah Tiap Selasa, Kamis, Sabtu
Sebelum diterbangkan, ribuan paket itu mesti dikemas ulang di gedung pusat Lion Parcel. Gedung lima lantai itu milik Kusnan Kirana—bos Lion Air Group yang juga kakak kandung Rusdi Kirana, pendiri PT Lion Mentari Airlines. Kantor di Kedoya yang dulunya asrama pramugari itu kini disulap jadi lokasi transit logistik. Dari sana, sedikitnya 14 ton barang tiba setiap hari dari berbagai lokasi di Jabodetabek untuk dikirim ke luar kota.
Chief Commercial Officer PT Lion Express, Victor Ary Subekti, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya ketika memaparkan pembukuan bulan lalu. Sepanjang Juni, volume barang yang dikirimkan Lion Parcel melonjak 30 persen. “Kalau sebelumnya 9-10 ton sehari,” kata Victor.
Lion Air memang tengah serius menggarap pasar kargo. Sayap bisnis ini digadang-gadang menjadi penopang keuangan perseroan di tengah musim sepi penumpang. Tak hanya bersifat musiman, penurunan jumlah penumpang pesawat berpotensi terjadi di tengah sentimen negatif di industri penerbangan. Enam bulan terakhir, misalnya, jumlah pengguna moda udara terus anjlok seiring dengan lonjakan harga tiket. (Koran Tempo edisi 18 Juni 2019, “Penumpang Hengkang”.)
Baca Juga:
Dioperasikan pada 2014, Lion Parcel terus mencatatkan pertumbuhan volume layanan. Pada masa awal memulai bisnis logistik, Lion hanya mengirim paket ratusan kilogram per tahun. Kini, lima tahun berselang, pengiriman barang Lion tumbuh sepuluh kali lipat dengan pertambahan volume 5.000 ton per tahun. “Tahun ini kami targetkan 25 juta kilogram, sedangkan dua tahun lalu volume pengiriman logistik sudah mencapai 10 juta kilogram,” kata Victor. Saat ini, perseroan melayani angkutan kargo ke 87.200 destinasi.
Baca juga: Pemerintah Gelar Rapat Penurunan Harga Tiket Pesawat Sore Ini
Pesaingnya, PT Garuda Indonesia Persero Tbk, tak kalah agresif mengejar pertumbuhan kargo udara. Maskapai pelat merah itu malah telah mendatangkan empat unit pesawat khusus angkutan barang atau freighter ke Tanah Air.